Sumber Gambar: http://i229.photobucket.com/albums/ee131/saejima_01/P1210034.jpg
Wartel. Atau yang biasa diketahui orang-orang dengan kepanjangan 'Warung Telekomunikasi' adalah sebuah usaha komersil pada kota-kota berkembang yang menyediakan sarana telekomunikasi via telepon kabel atas jasa PT. Telkom. Dahulu, wartel ini sangatlah terkenal di kalangan masyarakat. Di hampir setiap sudut perkotaan, setiap gang-gang kecil sekalipun seakan menjamur. Namun, dimanakah sekarang gerangan keberadaan wartel? Kehadirannya yang sejenak mengisi kemajuan teknologi saat itu seakan tergilas begitu saja oleh kecerdasan manusia menemukan sarana telekomunikasi baru dan meninggalkan kemudian melupakannya.
Menurut data Wikipedia, warung telekomunikasi atau wartel adalah tempat yang disediakan untuk pelayanan jasa telekomunikasi untuk umum yang ditunggu baik bersifat sementara maupun tetap dan
merupakan bagian dari telepon umum. Penunggu wartel adalah orang yang
bekerja di dalam bangunan wartel yang bisa bersifat tetap maupun
bergerak (wartel dengan memakai mobil boks).
Wikipedia juga menambahkan bahwa di dalam wartel terdapat kamar bicara umum (KBU) berisi pesawat telepon untuk digunakan pemakai jasa. Telepon di dalam kamar bicara umum bisa digunakan untuk pembicaraan telepon lokal, antarwilayah, interlokal (SLJJ), maupun sambungan langsung internasional.
Biaya pemakaian jasa telekomunikasi dibayar langsung di tempat oleh
konsumen sesuai tarif pulsa yang berlaku ditambah tarif pelayanan. Penyelenggaraan jasa wartel paling sedikit menggunakan dua sambungan telekomunikasi. Pemilik wartel adalah perorangan, badan usaha milik daerah (BUMD), badan usaha milik swasta, atau koperasi. Pemilik wartel bergabung dalam Asosiasi Pengusaha Wartel Indonesia (APWI) yang berdiri sejak tanggal 8 Januari 1992.
Pertengahan '90 an hingga awal millenium 2000, wartel sangat terkenal dan sangat laris dicari masyarakat kota. Mereka yang bertaraf ekonomi menengah yang kebanyakan menganggap bahwa komunikasi dengan cara seperti ini akan memudahkan mereka untuk menjalin silaturahmi kepada saudara maupun rekan-rekan di wilayah berbeda dengan biaya yang murah, upaya mudah dan praktis. Mereka yang sebelumnya menggunakan jasa pos untuk berkomunikasi melalui media surat menyurat seakan mendapatkan keajaiban. Karena jika mereka menggunakan media surat, komunikasi tidak dapat berlangsung seketika. Karena mengirim 1 surat saja dapat berhari-hari untuk sampai di orang atau kerabat yang dituju. Dengan sarana telepon di wartel setiap orang dapat seketika menghubungi saudara, atau kerabat secara tersambung langsung.
Sumber Gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhW-GvQ_R8jW-3nUkrEzwRzoY4TGxnlRuwk4Vxg2ZJ-iPQrDebyhqv2ch0-lmn2I11tk4eglI1feUeBs6e5fueMFEksk0BXlxDj1833E8WswGPKOuXXuBT9RnvCy7g22l49FuzZe62ToFY/s1600/20080122152438.jpg
Waktu berlalu, tahun demi tahun konsumen wartel kian menurun. Wartel pun kian hari kian sepi. Apa penyebabnya?? Tidak lain dan tidak bukan penyebabnya adalah perkembangan teknologi global. Manusia dengan segala ilmu, riset dan penelitiannya menemukan alat komunikasi baru yang disebut dengan Hand Phone atau dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Telepon Genggam. Saat teknologi kian berkembang, harga barang-barang elektronik teknologi tinggi seperti Hand Phone semakin canggih dan kian lama semakin murah. Setiap orang pun mulai memilikinya dengan alasan urgensi komunikasi pada profesi-profesi dan peran-peran tertentu seperti pengusaha, artis, kepolisian sangat membutuhkannya. Dan taraaaa, mari kita lihat sekarang, semua orang hampir telah memiliki benda canggih ini, dari ibu-ibu rumah tangga, anak SD, pedagang bakso, hingga seorang pengemis pun saat ini telah memiliki dan menganggapnya sebagai kebutuhan primer.
Entah, apakah kemajuan teknologi ini akan membuat dunia semakin mudah, semakin indah, ataukah malah semakin memanjakan manusia agar dapat melakukan segala sesuatu dengan cara yang lebih mudah, murah dan instan. Semoga kita kan selalu merenungkan hal sepele ini. Dan kami kan tetap selalu merindukanmu WARTEL!!!
Baca juga:
Advertisement
No comments